JAKARTA, SERLOKMEDAN.COM
Sebuah survei baru-baru ini oleh National Retail Federation dan Appriss Retail mengungkap bahwa modus penipuan melalui kebijakan pengembalian barang dan uang (return and refund) di platform e-commerce telah menyebabkan kerugian besar bagi industri, dengan kerugian mencapai US$ 101 miliar atau sekitar Rp1.578 triliun selama tahun 2023.
Salah satu contoh kasus yang mencuat adalah insiden di gudang Amazon di Chattanooga, Tennessee, pada 4 Mei 2023, di mana seorang karyawan bernama Noah Page terlibat dalam skema penipuan tersebut. Dengan cara menandai pemesanan pembeli sebagai barang yang dikembalikan, Page berhasil mengumpulkan dana senilai US$ 3.500 atau sekitar Rp54 jutaan.
Menariknya, Page mengklaim tidak mengenal pembeli yang dia tandai dalam sistem sebagai 'Ralph', ternyata 'Ralph' adalah bagian dari kelompok penipu bernama Rekk yang telah merencanakan skema penipuan refund fraud ini.
Kelompok Rekk diketahui telah melakukan penipuan refund fraud dengan skala besar, menargetkan perusahaan ritel dan melakukan perekrutan massal. Mereka menjanjikan bagiannya dari keuntungan kepada anggotanya, termasuk Page.
Akibat penipuan ini, industri ritel mengalami kerugian total mencapai Rp1.578 triliun selama setahun. Pada Desember, Amazon mengambil tindakan hukum terhadap Page dan 47 karyawan lainnya yang terlibat dalam sindikat Rekk, dengan total kerugian yang ditanggung oleh Amazon mencapai lebih dari US$ 700.000 atau sekitar Rp10,9 miliar.
Melansir CNBC Indonesia, Senin (18/03/2024), penipuan dengan modus return and refund ini, yang dikenal sebagai refund fraud, telah menjadi ancaman serius bagi industri e-commerce, menunjukkan perlunya langkah-langkah lebih ketat untuk melindungi platform dan konsumen dari kejahatan semacam ini. (SM)