RUSIA, SERLOKMEDAN.COM
Pemerintah Rusia, Kamis (29/02/2024), mengonfirmasi keputusan untuk melarang ekspor bahan bakar minyak selama enam bulan, efektif mulai 1 Maret.
Langkah ini diambil guna menjaga stabilitas harga bahan bakar, terutama menjelang periode penanaman di ladang gandum, musim liburan dan jadwal perbaikan kilang minyak.
“Keputusan ini diambil untuk menjaga kestabilan harga di pasar bahan bakar, menjelang periode dimana permintaan BBM meningkat akibat dimulainya kegiatan penanaman di ladang gandum pada musim semi, musim liburan dan jadwal perbaikan kilang minyak,” urai perwakilan pemerintah negara itu melalui saluran Telegram resminya.
Larangan ini menjadi sorotan menjelang pemilihan presiden Rusia pada 15-17 Maret, memunculkan kekhawatiran terkait harga bahan bakar domestik di negara tersebut. Dalam konteks konflik dengan Ukraina, serangan pesawat nirawak Ukraina terhadap kilang minyak Rusia turut menjadi faktor pengaruh dalam keputusan ini.
Rusia, sebagai pengekspor minyak terbesar kedua di dunia, telah bekerja sama dengan Arab Saudi dalam OPEC+ untuk menjaga harga migas tetap tinggi. Meskipun telah memangkas ekspor sebanyak 500.000 barel per hari sebagai bagian dari upaya OPEC+, harga grosir bensin Ai-92 di Rusia meningkat 22,4 persen sejak awal tahun ini.
Melansir KOMPAS.com, Senin (04/03/2024), dalam konteks ekonomi, produk minyak dan gas menjadi komoditas ekspor terbesar Rusia, yang nilai ekonominya mencapai 1,9 triliun dolar AS. Meskipun demikian, Kremlin terus berupaya menjaga stabilitas pasar energi global di tengah konflik geopolitik yang tengah berlangsung. (SM)